Kamis, 18 Maret 2010

Romantisme Alam


Penggalan kisah ini juga diambil dari kumpulan cerita ’Pengarang Telah Mati’ karya Sapardi Djoko Damono (lihat judul posting 'Pengakuan sang Adam' ya).
Di sini sang tokoh seolah-olah 'jatuh cinta' kepada air sungai yang jernih. Dia mencintainya seperti seorang kekasih. Hmm..., aneh, tapi keren banget!

>> Sungai

Begitu muncul dari mata air, ia harus turun mencari jalannya sendiri, meliuk-liuk, terus bergerak agar dianggap sebagai sungai. Ia tidak berhak naik. (Paragraf 1)

Dan jika disebut kata sungai, berarti menunjuk pada dua hal, yaitu air dan tempat alirannya. Air yang mengalir dari suatu mata air menuju laut disebut sungai. Dan sudah menjadi hukum alam bahwa sifat air adalah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah (nggak mungkin bisa naik kecuali disedot, ya kan?).

Aku, terutama sekali, suka diam-diam terpesona oleh gemuruh suaranya ketika ia harus terjun dari ketinggian ratusan meter – itu mengingatkanku pada beberapa penggal sampak dalam gending Jawa dan simfoni Beethoven. …. Aku diam-diam mengagumi suara riciknya ketika ia bernyanyi menghindari bebatuan, disaksikan oleh pohonan rindang yang suka tumbuh di sepanjang tepinya. (Paragraf 3)

Personifikasi yang sangat bagus kan? Bisa dibilang romantismenya sungguh terasa. Suara air yang dibandingkan dengan gending Jawa dan simfoni Beethoven, uhhhh... (terpesona)
Itu belum seberapa kalau dibandingkan dengan kata-kata di paragraf selanjutnya nih :

Sampai pada suatu waktu ketika kami harus menyeberangi sebuah padang pasir. Ia tampak bingung, gamang. .... aku akan lenyap meninggalkanmu, katanya. Tidak, kau akan menyusup di bawah samudra pasir itu dan tidak lenyap, kataku seperti seorang sufi. .... Untuk itu aku harus menggali dan terus menggali, tanpa putus asa, agar bisa mencapainya jauh di bawah sana. Hanya dengan begitu ia bisa muncrat ke atas dan menjelma genangan air kecil; wujud cinta kami. (Paragraf 4)

Ternyata kecintaan kita pada alam bisa dinyatakan juga dengan kata-kata puitis yang biasa dipakai saat membuat puisi cinta buat yayang.
Yeah! Go Green!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar